Faktor penyebab mengapa teori para ahli tentang waktu terjadinya musim kemarau dan hujan di indonesia tidak sesuai dengan kenyataan sekarang
Pustaka.com-Beberapa dekade silam, bumi
yang kita singgahi masih hijau. Keseimbangan alam bukanlah suatu hal yang aneh
lagi.
Musim pun berganti sesuai
dengan waktunya. Di Indonesia sendiri, kita mengenal dua musim dalam setahun,
yaitu musim kemarau dan hujan.
September sampai Maret
biasanya kita mengalami musim hujan di mana pada bulan Desember sumber air yang
berasal dari air hujan bisa melimpah ruang melebihi kuota pada kondisi normat.
Sedangkan pada bulan April hingga
Agustus, kita dilanda musim
kemarau.
Pergantian musim yang teratur
tersebut membuat para petani kita bisa menerapkan strategi tanam dengan baik.
Dengan begitu, keuntungan yang didapat juga bisa optimal. Musim kemarau dan
hujan, dua-duanya sama-sama memberikan keuntungan dalam bentuk yang berbeda.
Namun, seiring dengan
perkembangan dunia, musim pun mengalami perubahan. Bumi sudah tidak seperti
dulu lagi yang ramah kepada kita. Pemanasan global akibat perbuatan kita
menyebabkan suhu bumi meningkat. Sebagai akibatnya, musim yang dulu datang dan
pergi dengan teratur kini tak lagi seperti itu. Lihat saja, waktu yang
seharusnya musim kemarau menjadi hujan. Dan yang seharusnya hujan berubah
menjadi kemarau. Kita sering mendapati hujan lebat di musim kemarau dan panas
terik di musim hujan.
Bulan September, adalah bulan
yang seharusnya awal dari musim hujan nyatanya tidak sesuai dengan prediksi
para ahli klimatologi. Kita sudah tak bisa lagi men-judge bahwa di Bulan
September pasti akan datang hujan, karena pada kenyataannya tidak demikian.
Apakah kedatangan musim hujan dan kemarau mengalami kemunduran?
Lebih tepatnya bukan
kemunduran, namun ketidakteraturan. Ya, musim yang bergejolak di muka bumi ini
serta angin yang melewati benua Asia dan Australia sudah tak lagi seperti dulu
karena adanya pemanasan global. Anomali musim di Bulan September atau April
sudah menjadi hal biasa.
Apakah kondisi tersebut
berdampak pada kehidupan di muka bumi?
Tentu saja. Bulan September
yang harusnya hujan nyatanya tetap saja kering. Hal tersebut berpengaruh
terhadap cadangan air yang bisa diserap oleh tanah. Berapa banyak sekarang ini
kita lihat daerah yang mengalami kekeringan akibat hujan tak kunjung datang.
Berapa banyak pula daerah
yang terserang wabah penyakit karena hujan terus menerus mengguyur. Jangan
heran bila akibat dari kondisi tersebut, banyak di antara kita yang terserang
penyakit, mulai dari penyakit kulit hingga penyakit dalam. Penyakit-penyakit
tersebut bahkan ada yang bisa mengakibatkan kematian. Bayangkan dampak dari
kekacauan musim yang mungkin terlihat sepele tersebut bisa membawa pengaruh
yang begitu besar bagi kehidupan.
Mungkin kita akan
berandai-andai, mungkinkah akan menemukan kembali hujan di bulan September dan
kemarau di bulan April?
Bukanlah suatu hal yang
mustahil untuk mengembalikan bumi menjadi seperti sedia kala sekalipun
membutuhkan waktu yang agak lama untuk membuktikannya. Bila kita masih
menyayangi anak cucu kita, sekaranglah saatnya menyelamatkan bumi dari
kehancuran. Siapa tahu hujan di bulan September akan kembali terjadi ketika
generasi di bawah kita lahir. Tak ada yang pernah tahu bukan.
Mari kita berusaha!
No comments:
Post a Comment