Tuesday 11 November 2014

Faktor penyebab mengapa teori para ahli tentang waktu terjadinya musim kemarau dan hujan di indonesia tidak sesuai dengan kenyataan sekarang

Faktor penyebab mengapa teori para ahli tentang waktu terjadinya musim kemarau dan hujan di indonesia tidak sesuai dengan kenyataan sekarang


Pustaka.com-Beberapa dekade silam, bumi yang kita singgahi masih hijau. Keseimbangan alam bukanlah suatu hal yang aneh lagi.
Musim pun berganti sesuai dengan waktunya. Di Indonesia sendiri, kita mengenal dua musim dalam setahun, yaitu musim kemarau dan hujan.
September sampai Maret biasanya kita mengalami musim hujan di mana pada bulan Desember sumber air yang berasal dari air hujan bisa melimpah ruang melebihi kuota pada kondisi normat. Sedangkan pada bulan April hingga
Agustus, kita dilanda musim kemarau.

Pergantian musim yang teratur tersebut membuat para petani kita bisa menerapkan strategi tanam dengan baik. Dengan begitu, keuntungan yang didapat juga bisa optimal. Musim kemarau dan hujan, dua-duanya sama-sama memberikan keuntungan dalam bentuk yang berbeda.

Namun, seiring dengan perkembangan dunia, musim pun mengalami perubahan. Bumi sudah tidak seperti dulu lagi yang ramah kepada kita. Pemanasan global akibat perbuatan kita menyebabkan suhu bumi meningkat. Sebagai akibatnya, musim yang dulu datang dan pergi dengan teratur kini tak lagi seperti itu. Lihat saja, waktu yang seharusnya musim kemarau menjadi hujan. Dan yang seharusnya hujan berubah menjadi kemarau. Kita sering mendapati hujan lebat di musim kemarau dan panas terik di musim hujan.

Bulan September, adalah bulan yang seharusnya awal dari musim hujan nyatanya tidak sesuai dengan prediksi para ahli klimatologi. Kita sudah tak bisa lagi men-judge bahwa di Bulan September pasti akan datang hujan, karena pada kenyataannya tidak demikian. Apakah kedatangan musim hujan dan kemarau mengalami kemunduran?

Lebih tepatnya bukan kemunduran, namun ketidakteraturan. Ya, musim yang bergejolak di muka bumi ini serta angin yang melewati benua Asia dan Australia sudah tak lagi seperti dulu karena adanya pemanasan global. Anomali musim di Bulan September atau April sudah menjadi hal biasa.

Apakah kondisi tersebut berdampak pada kehidupan di muka bumi?
Tentu saja. Bulan September yang harusnya hujan nyatanya tetap saja kering. Hal tersebut berpengaruh terhadap cadangan air yang bisa diserap oleh tanah. Berapa banyak sekarang ini kita lihat daerah yang mengalami kekeringan akibat hujan tak kunjung datang.
Berapa banyak pula daerah yang terserang wabah penyakit karena hujan terus menerus mengguyur. Jangan heran bila akibat dari kondisi tersebut, banyak di antara kita yang terserang penyakit, mulai dari penyakit kulit hingga penyakit dalam. Penyakit-penyakit tersebut bahkan ada yang bisa mengakibatkan kematian. Bayangkan dampak dari kekacauan musim yang mungkin terlihat sepele tersebut bisa membawa pengaruh yang begitu besar bagi kehidupan.

Mungkin kita akan berandai-andai, mungkinkah akan menemukan kembali hujan di bulan September dan kemarau di bulan April?

Bukanlah suatu hal yang mustahil untuk mengembalikan bumi menjadi seperti sedia kala sekalipun membutuhkan waktu yang agak lama untuk membuktikannya. Bila kita masih menyayangi anak cucu kita, sekaranglah saatnya menyelamatkan bumi dari kehancuran. Siapa tahu hujan di bulan September akan kembali terjadi ketika generasi di bawah kita lahir. Tak ada yang pernah tahu bukan.

Mari kita berusaha!

No comments:

Post a Comment