Kolonialisme dan Imperialisme Barat di
Indonesia
a. Pengertian kolonialisme
dan imperialisme
Kolonialisme
Kolonialisme berasal dari
kata “colonus” yang artinya petani.
Istilah ini diberikan pada para petani Yunani yang pindah dari negerinya yang
tandus dan pindah ke daerah lain yang lebih subur. Para colonus tetap menjalin
hubungan dengan negara asalnya, tapi oleh negara asal(induk) daerah tadi
dianggap sebagai bagian dari negara induk dan harus tunduk pada
negara asal (mother land). Dari sinilah muncul awal penjajahan (imperialisme).
Jadi kolonialisme adalah
suatu sistem pemukiman warga suatu negara di luar wilayah induknya atau negara
asalnya. Biasanya daerah koloni terletak di seberang lautan dan kemudian
dijadikan bagian wilayah mereka.
Imperialisme
Berasal dari kata latin “imperare”
yang artinya menguasai.Orang yang menguasai disebut imperator yang berarti raja
atau penguasa. Imperium adalah daerah yang dikuasai imperator. Imperator
menguasai bangsa yang mendiami wilayah imperium dengan alasan agar mereka
merasa lebih aman atau lebih sejahtera. Jadi imperialisme adalah suatu sistem
penjajahan langsung dari suatu negara terhadap negara lain. Penjajahan
dilakukan dengan jalan membentuk pemerintahan jajahan atau dengan menanamkan
pengaruh dalam semua bidang kehidupan daerah yang dijajah.
Walaupun kolonialisme dan
imperialisme berasal dari kata dan pengertian yang berbeda namun dalam
prakteknya berarti satu yaitu penjajahan oleh bangsa satu terhadap bangsa lain.
Kolonialisme lebih diartikan pada proses pembentukan atau penguasaan wilayah,
sedangkan imperialisme lebih diartikan pada praktek penjajahannya.
1. LATAR BELAKANG
KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA
Pada awal kedatangannya,
bangsa-bangsa Barat menjadikan Indonesia sebagai tujuan perdagangan dan
pelayaran. Perkembangan selanjutnya, dengan paham dan dasar pemikiran yang
mereka miliki, Indonesia dijadikan sebagai salah satu daerah jajahan.
Faktor yang melatarbelakangi
kedatangan bangsa Barat ke dunia Timur adalah banyaknya perubahan di Eropa yang
meliputi berbagai aspek kehidupan, di antaranya sebagai berikut :
1. Runtuhnya Kekaisaran
Romawi
Pada masa kejayaannya,
kekuasaan kekaisaran Romawi meliputi hampir seluruh Eropa, Afrika Utara, dan
Afrika Barat. Kekaisaran Romawi mengalami kejayaan pada masa pemerintahan
Kaisar Octavianus Augustus. Namun, pemerintahan ini akhirnya runtuh pada tahun
476 M. Hubungan dagang yang terjalin antara Eropa dengan Asia pun mengalami
kemunduran, bahkan berakibat kemerosotan di segala bidang kehidupan. Zaman
kemunduran ini disebut zaman kegelapan (Dark Ages). Runtuhnya Romawi
mengakibatkan tata kehidupan bangsa-bangsa Eropa yang semula berkiblat pada
hukum Romawi menjadi kacau.
2. Perang Salib
Perang ini terjadi dengan
melibatkan orang-orang Kristen Eropa yang berhadapan dengan orang Turki Seljuk
dan orang-orang Arab. Disebut Perang Salib karena pasukan Kristen menggunakan
tanda salib dalam pakaian mereka. Sementara bagi orang Islam, perang ini
disebut dengan perang suci. Perang Salib berlangsung kurang lebih 200 tahun
yang terbagi dalam tujuh periode.
Penyebab perang ini salah
satunya memperebutkan kota suci Yerusalem. Pahlawan Islam yang terkenal dalam
perang ini adalah Salahuddin Al Ayyubi yang berhasil merebut kembali Kota
Yerusalem yang telah dikuasai kerajaan Kristen selama hampir 100 tahun.
Salahuddin mengalahkan pasukan Salib dalam Perang Khitin. Selanjutnya Raja
Inggris Richard The Lion Heart menghimpun kekuatan raja-raja Eropa untuk
mengambil kembali Kota Yerusalem. Namun, mereka gagal dan pulang ke Eropa
dengan membawa kekalahan.
Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya Perang Salib adalah sebagai berikut.
a. Adanya larangan bagi
peziarah-peziarah Kristen untuk mengunjungi Yerusalem.
b. Merebut Spanyol yang telah
tujuh abad dikuasai oleh Dinasti Umayyah.
c. Paus Urbanus berusaha
untuk mempersatukan kembali gereja Roma dengan gereja di Romawi Timur, seperti
di Konstantinopel, Yerusalem, dan Aleksandria.
Dampak adanya Perang Salib
adalah sebagai berikut.
a. Jalur perdagangan Eropa
dan Timur Tengah menjadi terputus. Apalagi dengan dikuasainya Konstantinopel,
maka para pedagang Eropa mulai mencari jalan lain untuk mendapatkan
rempah-rempah secara langsung.
b. Bangsa Eropa mulai
mengetahui kelemahan dan ketertinggalan mereka dari orang-orang Islam dan
Timur, sehingga mereka mencoba untuk mengejar ketertinggalan itu dengan
pengembangan Iptek secara besar-besaran.
c. Adanya motif balas dendam
di kalangan orang-orang Kristen terhadap orang muslim karena kekalahannya dalam
peperangan di dunia Timur dalam rangka menguasai jalur perdagangan.
3. Jatuhnya
Konstantinopel ke Tangan Turki Utsmani
Pada awalnya bangsa-bangsa
Eropa memperoleh rempahrempah dari Asia, termasuk dari Indonesia melalui para
pedagang muslim yang banyak berdagang di kawasan Laut Tengah. Akan tetapi,
semua itu berubah pada tahun 1453 ketika Khalifah Utsmaniyah yang berpusat di
Turki berhasil menguasai Konstantinopel yang sebelumnya merupakan wilayah
kekuasaan Kerajaan Romawi–Byzantium. Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Utsmani
yang dipimpin Sultan Muhammad II menimbulkan kesulitan bagi bangsa-bangsa
Eropa, terutama dalam bidang perdagangan. Oleh karena itu, bangsa-bangsa Eropa
mulai berpikir untuk mencari daerah penghasil barang-barang yang dibutuhkannya,
terutama rempah-rempah secara langsung.
4. Penjelajahan Samudra
5. Faktor-faktor yang
mendorong bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra adalah sebagai berikut.
a.)Teori Heliosentris dari
Copernicus yang menyatakan bahwa bumi itu bulat mendorong kawan-kawan Copernicus
ingin membuktikannya. Salah satunya ialah Ferdinand Magellan, pelaut pertama
yang berhasil mengelilingi dunia dan membuktikan bahwa bumi memang bulat, serta
laut-laut di bumi saling berhubungan. Teori ini membantah Teori Geosentris dari
Ptolomeus yang menyatakan bumi datar.
b.)Kisah perjalanan Marco
Polo ke dunia Timur (Cina) yang tertuang dalam buku yang ditulis oleh temannya,
Rustichello, yang berjudul The Travels of Marco Polo (Perjalanan Marco Polo).
Selama ratusan tahun, catatan perjalanan Marco Polo ini menjadi sumber
informasi tentang Cina bagi bangsa Eropa.
c.)Penemuan kompas, mesiu,
navigasi, peta, dan peralatan pelayaran.
d.) Adanya ambisi untuk
melaksanakan semboyan 3 G, yaitu gold (mencari emas atau kekayaan), glory
(mencari keharuman nama, kejayaan, dan kekuasaan), dan gospel (menunaikan tugas
suci menyebarkan agama Nasrani).
Portugis dan Spanyol
merupakan bangsa Eropa yang menjadi pelopor penjelajahan samudra. Semangat para
pelaut inilah yang selanjutnya mendorong penjelajahan samudra oleh
bangsa-bangsa Eropa lain.
2. KEKUASAAN
BANGSA-BANGSA BARAT DI INDONESIA
PROTUGIS
Kekuasaan Bangsa Portugis di Indonesia.
Bangsa Portugis berhasil
menanamkan kekuasan di Indonesia dari tahun 1511-1641. Pada tahun 151, armada
penjelajah Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque tiba di Malaka dan
terlibat peperangan dengan Sultan Malaka, Sultan Mahmud Syah. Alfonso de
Albuquerque mengerahkan 18 buah kapal perang ke Malaka. Dalam peperangan
tersebut, Portugis berhasil memaksa Kerajaan Malaka untuk menyerah. Portugis
menguasai Malaka sejak bulan November 151. Setelah Malaka di kuasai Potrugis,
perdagangan interinsuler yang bebas berubah menjadi perdagangan monopoli oleh
Portugis.
Pada tahun 1522, dari Pulau Hulu, bangsa Portugis melanjutkan perjalanan ke
pulau ternate, Pelayaran ini dimaksudkan untuk menguasai daerah utama
pengahasil rempah-rempah di Indonesia. Kedatangan armada bangsa Portugis ke
Ternate disambut baik oleh raja-raja Ternate. Apalagi saat ini Portugis banyak
membantu Ternate dalam pertikaian melawan Tidore. Kekuasaan bangasa Portugis di
Ternate ditandai dengan pendirian benteng dan monopoli perdagangan
rempah-rempah.
Setelah praktek monopoli yang dilakukan Portugis semakin nyata merugikan Ternate,
para penguasa Ternate menolah Portugis. Puncak dari penolakan tersebut terjadi
ketika Sultan Hairun, Raja Ternate dibunuh oleh Portugis. Pada tahun 1575
rakyat Ternate, dibawah pimpinan Baabullah, putra Sultan Hairun menyerang
Portugis dan mengusir dari wilayah Maluku.
SPANYOL
Pada tahun 1511, bangsa Portugis berhasil merebut dan menduduki Malaka.
Kemudian pada tahun 1512 Portugis datang di Maluku. Tanpa diduga pada tahun
1521 Spanyol muncul dari arah Filipina dengan kapal Trinidad dan Victoria yang
dipimpin oleh Kapten Sebastian del Cano. Selanjutnya, Spanyol menjalin hubungan
dengan Tidore, saingan berat Ternate.
Portugis merasa tidak senang ada saingan dari Spanyol di Tidore. Persaingan
antara Portugis dan Spanyol kembali terjadi, namun pada tahun 1529 berhasil
diselesaikan melalui Perjanjian Saragosa. Isi Perjanjian Saragosa yaitu Spanyol
kembali ke Filipina sedangkan Portugis tetap di Maluku. Saat Portugis
bersitegang dengan Spanyol, hubungan Ternate dan Tidore semakin memanas.
BELANDA
Kedatangan Bangsa Belanda ke
Indonesia sampai dengan Terbentuknya
VOC.
Pada tahun 1602, dibentuklah
VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), atau Persekutuan Maskapai Perdagangan
Hindia Timur (cukup disingkat Kongsi dagang milik Belanda) dibawah pimpinan
Johan Olderbarnevelt .
Tujuan dibentuknya VOC adalah
:
a. Menghindari persaingan
tidak sehat diantara sesama pedagang Belanda.
b. Memperkuat posisi Belanda
dalam menghadapi persaingan dengan pedagang dari bangsa lain.
c. Membantu dana pemerintah
Belanda yang sedang berjuang menghadapi konflik dengan Spanyol.Agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, VOC diberi hak Istimewa (hak Octroi), yaitu
:
a. Dianggap sebagai wakil
pemerintah Belanda di Asia.
b. Hak monopoli dagang di
wilayah-wilayah antara Amerika Selatan dan Afrika
c. Hak memiliki angkatan
perang dan membangun benteng pertahanan
d. Hak menyatakan perang dan
atau membuat perjanjian secara adil dengan penguasa pribumi
e. Hak mengangkat pegawai
f. Hak memungut pajak
g. Hak melakukan pengadilan
dan hak mencetak serta menyebarkan uang sendiri.
Beberapa Kebijakan yang
diberlakukan oleh VOC di Indonesia antara lain :
a. Verplichte Leverantie
: Penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah ditentukan VOC.
b. Contingenten : Kewajiban
bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi.
c. Ekstirpasi : Hak VOC untuk
menebang atau menggagalkan panen rempah-rempah agar tidak terjadi Over Produksi
yang dapat menurunkan harga rempah-rempah.
d. Peraturan tentang
ketentuan areal dan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam.
e. Pelayaran Hongi, yaitu
pelayaran dengan menggunakan perahu Kora-kora (perahu perang) untuk mengawasi
pelaksanaan monopoli dagang VOC dan menindak pelanggarnya.
Sebab-sebab kejatuhan VOC :
a. Biaya perang yang besar
dalam menghadapi perlawanan Bangsa Indonesia sehingga menghabiskan kas Negara.
b. Gaji pegawai yang rendah
dan tidak sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya sehingga mendorong mereka
melakukan Korupsi. Korupsi tersebut otomatis menjadikan pemasukan Negara
berkurang drastic.
c. Kekalahan VOC menghadapi
persaingan dagang dengan pedagang Eropa maupun pedagang Asia lainnya.
d. Hutang VOC yang besar
akibat dalam keadaan merugi tetapi tetap membayarkan keuntungan kepada pemegang
Saham.
e. Terjadinya perang Inggris,
Belanda dan Perancis sehingga menjadikan jalur perdagangan tidak aman dan
adanya blokade-blokade dagang
INGGRIS
Pemerintahan inggis
mulai menguasai Indonesia sejak tahun1811 pemerintahan inggis
mengangkat Thomas Stamford raffles (TSR) sebagai gubernur jendral di
Indonesia . ketika TSR bekuasa sejak 17 september 1811, ia telah menempuh
beberapa langkah yang di di pertibangkan, baik di bidang ekonomi,social
dan budaya. Penyerahan kembali wilayah Indonesia yang di kuyasai inggis di
loaksanakan pada tahun 1816 dalam suatu penandatanganan perjanjian.
Pemerintah di wakili oleh john fendall, sedangkan pihak dari belanda
di wakili oleh Van der Cappelen. Sejak tahun 1816, berhakir kekuasaasn
inggis di indonesia
Pada tahun 1811 louis
napoleon mencopot kedudukan daendels, dengan alasan terlalu keras
dalam menjalankan pemerintahan. Sebagai gantinya, dianggap jenderal janssens. Dalam
masa pemerintahannya , janssens menghadapi kesulitan memulihkan
pertahan yang belum stabil.
Pada tanggal 3 agustus 1811
inggris muncul di batapia. Peperangan tidak terlelakkan lagi. Janssens
kalah dan menyerah dalam perjanjian tuntang. Bpulau jawapun berpindah tangan ke
inggris.
Wilayah bekas hindia-belanda
di serahkan kepada Thomas Stamford raffles sebagai penguasa baru. Raffles tidak
begitu lama memerintah hindia-belanda , karena di eropa sedang terjadi
perubahan politik baru, inggris dapat menguasai prancis.
Ingfgris kemudian mengadakan
perjanjian dengan belanda, yang di kenal dengan nama perjanjian London.
Isinya: belanda akan menerima
kembali tanah jajahnya yang dulu direbut prancis.
Penyerahan wilayah
hindia-belanda dari Inggris kepada belanda berlangsung pada tanggal 9
agustus 1816. sejak peristiwa itu, berhakirlah penjajahan inggris di wilyah
hindia-belanda.
Pada tannggal 19 agustus
1816, beslangsung penyerahaan kekuasaan atas Indonesia dari inggis kepada
belanda. Pihak belanda d wakili oleh sebuah komisariat jenderal yang
terdiri atas mr.elout, van der capellen, dan buyskess.
Sementara pihak inggris d
wakili oleh john fendall. Penyerahan kekuasaan itu di adakan
d London, inggis, yang kemudaian dikenal dengan convention of
London. Penyerahaan kekuasaan itu dilakukan setelah kekuasaan
kaisar napoleon bonaparter jatuh. Hal itu berarti raja lowewijik
napoleon di belanda juga berakhir. Negeri belanda tidak lagi di
kuasai prancis.
3. AKIBAT KOLONIALISME
DAN IMPERALISME BARAT BAGI RAKYAT INDONESIA
Masuknya kekuasaan bangsa Asing di Indonesia telah menyebabkan perubahan
tatanan politik, sosial, ekonomi dan budaya bagi bangsa Indonesia sebagai
berikut:
Politik
Baik Daendels maupun Raffles
telah meletakkan dasar pemerintahan modern. Para Bupati dijadikan pegawai
negeri dan diberi gaji, padahal menurut adat, kedudukan bupati adalah turun
temurun dan mendapat upeti dari rakyat. Bupati telah menjadi alat kekuasaan
pemerintah kolonial.
Belanda dan Inggris juga
melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan, misalnya soal pergantian
tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di Indonesia. Akibatnya
peranan elite kerajaan berkurang dalam bidang politik, bahkan kekuasaan pribumi
mulai runtuh.
Sosial ekonomi
Eksploitasi ekonomi yang
dilakukan bangsa Barat membawa berbagai dampak bagi bangsa Indonesia. Munculnya
monopoli dagang VOC menyebabkan mundurnya perdagangan nusantara di panggung
perdagangan internasional. Peranan syahbandar digantikan oleh para pejabat
Belanda
Kebijakan tanam paksa sampai
sistem ekonomi liberal menjadikan Indonesia sebagai penghasil bahan mentah.
Eksportirnya dilakukan oleh bangsa Belanda, pedagang perantara dipegang oleh
orang timur asing terutama bangsa Cina dan bangsa Indoensia hanya menjadi
pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa wiraswasta jenis tanaman baru serta cara
memeliharanya.
Dengan dilaksanakannya
politik pintu terbuka, maka:
- pengusaha
pribumi yang modalnya kecil kalah bersaing sehingga gulung tikar.
- Perkebunan di
Jawa berkembang sedangkan di Sumatra kesulitan tenaga kerja sehingga dilakukan
program transmigrasi.
-
untuk mendukung program penanaman modal Barat di Indonesia pemerintah
pelabuhan. Untuk pembangunan tersebut digunakan tenaga secara paksa dengan
sistem rodi (kerja paksa)
- dengan
memperkenalkan sistem sewa tanah, terjadi pergeseran dari sistem ekonomi barang
ke sistem ekonomi uang yang juga menyebar di kalangan petani.
- Daerah
Indonesia terisolasi di laut sehingga kehidupan berkembang ke pedalaman.
Kemunduran perdagangan di
laut secara tak langsung menimbulkan budaya feodalisme di pedalaman. Dengan
feodalisme rakyat pribumi dipaksa untuk tunduk/patuh pada tuan tanah
Barat/Timur Asing. Sehingga kehidupan penduduk Indonesia megalami kemerosotan.
Budaya
- Tindakan
pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan menurut adat penguasa pribumi dan
menjadikan mereka pegawai pemerintah, merutuhkan kewibawaan tradisional
penguasa pribumi.
- Upacara dan
tatacara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan dengan demikian
ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah.
- Dengan
merosotnya peranan politik maka para elit politik baik raja maupun bangsawan
mengalihkan perhatiannya ke bidang senibudaya. Contoh Paku Buwono V memerintahkan
penulisan serat Centhini, R.Ng Ronggo Warsito manyusun Kitab Pustakaraya Purwa,
Mangkunegara IV menyusun kitab Wedatama dan lain-lain.
4. PERLAWANAN BANGSA
INDONESIA TERHADAP BANGSA-BANGSA BARAT
a. Sultan
Hasanudin
Sultan Hasanudin naik tahta
sebagai raja Gowa ke-16 menggantikan Sultan Muhammad Said. Meskipun sebenarnya
bukan putra mahkota. Karena tidak mau tunduk terhadap pemerintah kolonialis
Belanda yang berpusat di Batavia, Sultan Hasanudin berkali-kali mendapat
serangan dari pasukan Belanda yaitu penyerangan yang pertama terjadi pada
tahun1660, kedua terjadi tahun 1666, ketiga tahun 1667 dan keempat pada
tahun1669. Perang yang dilakukan oleh Sultan Hasanudin bukan semata-mata untuk
mempertahankan tanah air atau mengusir kaum imperialis, namun juga membantu
rakyat di luar kerajaannya yang mengalami tindakan kejam yang dilakukan oleh
Belanda. Dalam hal ini, pada bulan Maret 1645 Sultan Hasanudin mengirimkan
armada yang kuat terdiri dari 100 perahu untuk membantu rakyat Maluku mengadakan
perlawanan terhadap kekejaman Belanda yang dikenal dalam sejarah sebagai
"Perang Hongi". Hongi adalah nama kapal cepat yang dipakai Belanda
untuk menghanguskan cengkih di Maluku.
Dalam beberapa peperangan
akhirnya Hasanudin terpaksa menerima kesepakatan yang disebut Perjanjian
Bungaya pada tanggal 18 November 1667. Isi perjanjian Bongaya antara lain:
· Sultan
hasanuddin harus memberikan kebebasan kepada VOC berdagang dikawasan Makassar
dan Maluku
· VOC
memegang monopoly perdagangan di wilyah Indonesiaa bagian Timur denagn pusatnya
Makassar
· Sultan
Hasanuddin harus mengakui bahwa Aru Palaka adalah Raja Bone
Dengan menerima perjanjian
tersebut Sultan Hasanudin dapat mencegah banyaknya korban jatuh di pihak rakyat
Maluku, apalagi ternyata pasukannya harus berhadapan dengan bangsa sendiri
yaitu Tidore, Ternate, Buton dan Bone yang membantu Belanda. Sultan Hasanudin
wafat pada tanggal 12 Juni 1670 dalam usia 39 tahun.
b. Pangeran
Diponegoro Singa dari Jawa.
Perang Diponegoro, adalah perang
besar yang berlangsung selama lima tahun (1825-1830) yang terjadi di Jawa
antara pasukan Belanda di bawah pimpinan Jenderal De Kock melawan penduduk
pribumi yang dipimpin Pangeran Diponegoro. Dalam perang ini telah berjatuhan
korban 200.000 jiwa rakyat Indonesiaa dan 8.000 di pihak Belanda. Pada
pertengahan bulan Mei 1825, pemerintah Belanda yang awalnya memerintahkan
pembangunan jalan dari Yogyakarta ke Magelang lewat Muntilan, mengubah
rencananya dan membelokan jalan itu melewati Tegalrejo. Rupanya di salah satu
sektor, Belanda tepat melintasi makam dari leluhur Pangeran Diponegoro. Hal
inilah yang membuat Pangeran Diponegoro tersinggung dan memutuskan untuk
mengangkat senjata melawan Belanda. Beliau kemudian memerintahkan bawahannya
untuk mencabut patok-patok yang melewati makam tersebut. Belanda yang mempunyai
alasan untuk menangkap Pangeran Diponegoro karena dinilai telah memberontak,
pada 20 Juli 1825 mengepung kediaman beliau. Terdesak, Pangeran beserta
keluarga dan pasukannya menyelamatkan diri menuju barat hingga Desa Dekso di
Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga tiba di Goa
Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota Bantul. Setelah
penyerangan itu, dimulailah sebuah perang besar yang akan berlangsung 5 tahun
lamanya. Pada puncak peperangan, Belanda mengerahkan lebih dari 23.000 orang
serdadu. Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Diponegoro
dengan menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Diponegoro terjepit. Pada
tahun 1829, Kyai Maja, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul
kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Sentot Alibasya menyerah
kepada Belanda. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil
menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro
menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya
dilepaskan. Maka, Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado,
kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8
Januari 1855.
c. Cut
Nyak Dien dan teuku Umar dalam Perang Aceh.
Penandatanganan Traktat
Sumatra antara Inggris dan Belanda pada tahun 1871 membuka kesempatan kepada
Belanda untuk mulai melakukan intervensi ke Kerajaan Aceh. Dimana traktat
itu menyebutkan bahwa Belanda boleh berekspedisi di Sumatra oleh Inggris. Pada
26 Maret 1873,Belanda dipimpin Jenderal J. H. R. Kohler menyatakan
perang terhadap Kerajaan Aceh dengan menurunkan 3,000 tentara untuk
merebut Masjid Baiturrahman karena Kerajaan Aceh menolak dengan keras
untuk mengakui kedaulatan Belanda. Pertempuran 14 April 1873 itu
memaksa pasukan Aceh mengundurkan diri ke kawasan Masjid
Raya sambil memberi perlawanan sehingga Mayor Jenderal Kohler sendiri
tewas. Dengan demikian, Masjid Raya dapat direbut kembali oleh pasukan Aceh.
Daerah-daerah di kawasan Aceh bangkit melakukan perlawanan.
Para pemimpin Aceh yang
diperhitungkan Belanda adalah Cut Nya’Din, Teuku Umar,
Tengku Cik Di Tiro, Habib Abdurrahman, dan Cut Mutia. Belanda cukup
kwalahan melawan arus serangan para petinggi Aceh sehingga Belanda berpikir
keras untuk menemukan siasat baru. Untuk itu, Belanda memerintahkan Dr. Snouck
Hurgronje yang paham tentang agama Islam untuk mengadakan penelitian tentang
kehidupan masyarakat Aceh. Dr. Snouck Hurgronje memberi saran dan masukan
kepada pemerintah Hindia Belanda mengenai hasil penyelidikannya terhadap
masyarakat Aceh yang ditulis dengan judul De Atjehers.
Berdasarkan kesimpulan
Dr. Snouck Hurgronje pemerintah Hindia Belanda memperoleh petunjuk bahwa untuk
menaklukkan Aceh harus dengan siasat kekerasan karena para petinggi Aceh tidak
akan menhentikan perang dan harus ditumpas habis. Pada tahun 1899, Belanda
mengadakan serangan besar-besaran ke daerah-daerah pedalaman. Pasukan Belanda
membinasakan semua penduduk dan para pemimpinnya. Dalam pertempuran yang
terjadi di Meulaboh, Teuku Umar gugur. Jatuhnya Benteng Kuto Reh pada tahun
1904, memaksa Aceh harus menandatangani Plakat pendek atau Perjanjian Singkat
(Korte Verklaring) yang menandakan Aceh menyerah. Meski demikian perlawanan
rakyat Aceh terus berlangsung sampai tahun 1912. Bahkan di beberapa daerah
tertentu di Aceh masih muncul perlawanan sampai menjelang Perang Dunia II tahun
1939
d. Perang
Bali puputan Jagaraga.
Sebuah kapal Belanda kandas
di daerah Prancak (daerah Jembara), yang saat itu berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Buleleng. Kerajaan-kerajaan di Bali termasuk Buleleng pada saat itu
memberlakukan hak tawan karang yaitu hak yang dimiliki kerajaan dalam menyita
kapal apapun yang berlabuh atau terdampar di daerah kekuasaan kerajaan itu.
Pemerintah kolonial Belanda memprotes Raja Buleleng yang dianggap merampas
kapal Belanda, namun tidak dihiraukan. Insiden inilah yang memicu pecahnya
Perang Bali, atau dikenal juga dengan nama Perang Jagaraga.
Belanda melakukan
penyerangan terhadap Pulau Bali pada tahun 1846. Pasukan Belanda dipimpin oleh
Jenderal Mayor A.V. Michiels menetapkan sasaran utamanya adalah Kerajaan
Buleleng. Patih I Gusti Ktut Jelantik beserta pasukan menghadapi serbuan
Belanda dengan gigih. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Bali tidak dapat
menghalau pasukan musuh. Akhirnya pasukan I Gusti Ktut Jelantik, raja Buleleng
dan patihnya terdesak dan mengundurkan diri ke daerah Karangasem.
Setelah Buleleng dikuasai,
Belanda kemudian berusaha menaklukkan kerajaan-kerajaan lainnya di Pulau Bali.
Perlawanan sengit dari rakyat membuat pihak Belanda cukup kewalahan. Perang
puputan pecah di mana-mana, seperti Perang Puputan Kusamba (1849), Perang
Puputan Badung (1906), dan Perang Puputan Klungkung (1908). Perang puputan
adalah sebutan bagi perang yang di lakukan masyarakat yang mengenakan baju
putih bersenjatakan tombak dan alat tradisional.
No comments:
Post a Comment